Software Testing Life Cycle adalah serangkaian langkah terstruktur yang digunakan dalam pengujian perangkat lunak. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan berfungsi dengan baik, bebas dari bug, dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Pelajari apa itu Software Testing Life Cycle (STLC) selengkapnya di artikel berikut ini.
Daftar Isi
Pernahkan Anda menggunakan aplikasi yang macet, tidak merespon, atau mengalami error? Hal ini tentu bisa membuat frustasi penggunanya. Tidak hanya itu saja, aplikasi yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya juga bisa membuat perusahaan pengembangnya memiliki reputasi yang buruk.
Untuk menghindari kondisi tersebut, Software Testing Life Cycle adalah solusi yang dibutuhkan. Dengan menerapkan STLC, perusahaan pengembangan aplikasi dapat meminimalisir bug sehingga dapat menghasilkan perangkat lunak yang berkualitas. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan mengenai apa itu Software Testing Life Cycle (STLC) yang telah kami rangkum dari www.geeksforgeeks.org
Apa Itu Software Testing Life Cycle?
Software Testing Life Cycle (STLC) adalah pendekatan sistematis untuk menguji perangkat lunak guna memastikan aplikasi tersebut memenuhi persyaratan dan bebas dari error atau masalah. STLC merupakan proses yang mengikuti serangkaian langkah atau fase, di mana setiap fasenya memiliki tujuan dan hasil akhir yang spesifik.
Tujuan utama Software Testing Life Cycle adalah untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan segala cacat atau masalah dalam perangkat lunak sedini mungkin dalam proses pengembangan. Dengan demikian, permasalahan tersebut dapat ditangani dan diperbaiki terlebih dahulu sebelum perangkat lunak dirilis ke publik.
Perlu diketahui bahwa Software Testing Life Cycle (STLC) adalah bagian dari Software Development Life Cycle (SDLC). Meskipun demikian, STLC hanya berfokus pada fase pengujian. Artinya, STLC tidak mencakup keseluruhan tahapan pengembangan perangkat lunak, namun hanya berfokus secara khusus pada aktivitas pengujian.
Secara keseluruhan, Software Testing Life Cycle adalah pendekatan sistematis untuk tahap pengujian dan menjadi proses penting untuk memastikan kualitas perangkat lunak. STLC memungkinkan perusahaan untuk bisa merilis perangkat lunak berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan pelanggan. Hal ini pada akhirnya tentu dapat mendorong kepuasan pelanggan serta kesuksesan bisnis.
Baca Juga: Quality Assurance vs Quality Control: Perbedaan Utamanya
Tahapan Software Testing Life Cycle
Tahapan Software Testing Life Cycle adalah sebagai berikut:
Dapatkan Tenaga IT Outsourcing Anda Segera!
Solusi hemat biaya untuk menemukan spesialis IT dalam waktu singkat.
Percayakan penyediaan tenaga IT Outsourcing Java Developer, .NET Developer, ReactJS Developer, VueJS Developer, Project Manager, dll kepada KAZOKKU agar Anda dapat fokus pada peningkatan daya saing bisnis.
Konsultasikan kebutuhan tenaga IT Outsourcing Anda secara GRATIS di sini!
1. Requirement Analysis
Requirement Analysis atau Analisis Kebutuhan adalah tahap pertama dalam Software Testing Life Cycle (STLC) yang memegang peranan penting. Pada tahap ini, tim Software Quality Assurance (SQA) akan memahami kebutuhan perangkat lunak yang akan diuji secara menyeluruh.
Jika terdapat hal-hal yang kurang jelas atau tidak dimengerti, tim SQA akan mengadakan pertemuan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang spesifikasi kebutuhan tersebut.
Beberapa contoh aktivitas yang dilakukan selama tahap Requirement Analysis ini seperti:
- Mempelajari software requirements document (SRD) yaitu dokumen yang mendefinisikan kebutuhan fungsional dan non-fungsional dari sebuah perangkat lunak yang dikembangkan.
- Berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan untuk mengumpulkan informasi tambahan.
- Mengidentifikasi ketidakjelasan atau inkonsistensi dalam persyaratan.
- Mengidentifikasi potensi risiko atau masalah yang mungkin memengaruhi proses pengujian.
2. Test Planning
Test Planning atau Perencanaan Pengujian adalah tahap Software Testing Life Cycle di mana tim SQA merencanakan dan menyusun strategi pengujian secara menyeluruh. Pada tahap ini, tim SQA akan memperhitungkan estimasi sumber daya, seperti waktu dan biaya, yang dibutuhkan untuk aktivitas pengujian.
Beberapa contoh aktivitas yang dilakukan selama tahap Test Planning ini seperti:
- Menetapkan tujuan dan cakupan pengujian.
- Memilih metode dan teknik pengujian yang paling sesuai.
- Memperkirakan durasi waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk keseluruhan aktivitas pengujian.
3. Test Case Development
Test Case Development atau Pengembangan Test Case adalah tahap di mana tim SQA membuat panduan terperinci untuk proses pengujian. Tahap ini dimulai setelah selesainya tahap perencanaan pengujian.
Dalam tahap ini, tim SQA akan melakukan beberapa hal, contohnya seperti berikut:
- Mengidentifikasi test case yang akan dikembangkan.
- Menulis test case dengan jelas, ringkas, dan mudah dipahami.
- Menyiapkan data dan test scenario yang akan digunakan.
- Menetapkan hasil yang diharapkan untuk setiap test case.
4. Test Environment Setup
Tahap Software Testing Life Cycle yang selanjutnya adalah Test Environment Setup atau mempersiapkan test environment untuk menguji perangkat lunak. Environment ini perlu disiapkan dengan spesifikasi yang sesuai untuk memastikan keakuratan dan keandalan hasil pengujian. Terkadang, fase ini juga mencakup penyiapan server pengujian.
Baca Juga: Memahami Apa Itu Brainware & Peran Pentingnya untuk Teknologi Informasi
5. Test Execution
Tahap penting selanjutnya dalam tahap Software Testing Life Cycle adalah Test Execution atau Pelaksanaan Pengujian. Pada tahap inilah cacat dan kesalahan pada perangkat lunak akan diidentifikasi. Penting untuk dicatat bahwa tahap pelaksanaan pengujian adalah proses berulang dan mungkin perlu diulang beberapa kali hingga semua cacat yang teridentifikasi diperbaiki dan perangkat lunak dianggap layak untuk dirilis.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan selama tahap ini seperti:
- Test execution: Test case dan script yang telah dibuat akan dijalankan pada perangkat lunak yang sedang diuji untuk mengidentifikasi cacat atau masalah.
- Defect logging: Setiap bug atau cacat yang ditemukan selama pengujian akan dilaporkan ke dalam sistem pelacakan cacat (defect tracking system). Laporan cacat ini harus detail dan mencakup informasi seperti tingkat keparahan, prioritas penanganan, dan deskripsi permasalahan yang terjadi.
- Test result analysis: Hasil pengujian dianalisis untuk menentukan kinerja perangkat lunak dan mengidentifikasi cacat atau masalah apa pun.
- Defect retesting: Setiap cacat yang diidentifikasi selama pelaksanaan pengujian diuji ulang untuk memastikan bahwa cacat tersebut telah diperbaiki dengan benar.
- Test Reporting: Hasil pengujian didokumentasikan dan dilaporkan kepada pemangku kepentingan terkait.
6. Test Closure
Test Closure atau Penutup Pengujian adalah tahap akhir dari Software Testing Life Cycle. Pada tahap ini, seluruh aktivitas yang terkait dengan pengujian akan diselesaikan dan didokumentasikan. Tujuan utama dari tahap Test Closure adalah untuk memastikan bahwa semua kegiatan yang terkait dengan pengujian telah selesai dilaksanakan dan perangkat lunak siap untuk dirilis.
Di tahap ini, tim SQA diharapkan memiliki pemahaman yang jelas mengenai kualitas dan keandalan perangkat lunak. Selain itu, seluruh cacat atau masalah yang ditemukan selama pengujian harus sudah terselesaikan. Tahap ini juga mencakup pendokumentasian proses pengujian dan pembelajaran yang didapat (lesson learned) untuk perbaikan proses pengujian di masa mendatang.
Berikut adalah beberapa contoh aktivitas yang dilakukan selama tahap Test Closure:
- Test Summary Report: Tim SQA akan membuat laporan yang merangkum keseluruhan proses pengujian. Laporan ini biasanya mencakup informasi seperti jumlah test case yang telah dijalankan, jumlah cacat yang ditemukan, dan rasio lulus/gagal pengujian.
- Defect Tracking: Seluruh cacat yang teridentifikasi selama pengujian dilacak dan dikelola hingga selesai diperbaiki oleh tim developer. Proses pelacakan ini memastikan bahwa tidak ada cacat yang terlewatkan dan perangkat lunak terbebas dari bug yang mengganggu pengguna.
- Test Environment Clean-up: Lingkungan pengujian dibersihkan, serta semua data uji dan artefak pengujian akan diarsipkan.
- Test Closure Report: Laporan ini dibuat untuk mendokumentasikan seluruh aktivitas yang terkait dengan pengujian, meliputi tujuan pengujian, cakupan pengujian, jadwal pelaksanaan, dan sumber daya yang digunakan. Laporan ini menjadi sumber informasi yang valuable bagi tim proyek secara keseluruhan.
- Knowledge Transfer: Pengetahuan yang diperoleh selama proses pengujian, baik mengenai perangkat lunak itu sendiri maupun proses pengujian yang dijalankan, perlu dibagikan kepada anggota tim lain dan para pemangku kepentingan yang nantinya mungkin terlibat dalam perawatan atau dukungan terhadap perangkat lunak tersebut
- Feedback and Improvements: Umpan balik dari proses pengujian dikumpulkan dan digunakan untuk meningkatkan proses pengujian di masa mendatang.
Baca Juga: Tugas IT Project Manager Outsourcing yang Perlu Anda Ketahui
Membutuhkan Bantuan dalam Software Testing Life Cycle?
Software Testing Life Cycle (STLC) adalah kerangka kerja yang esensial dalam pengembangan perangkat lunak. Dengan menerapkan STLC secara menyeluruh, perusahaan dapat memastikan bahwa perangkat lunak yang mereka buat telah teruji dengan baik, terbebas dari bug kritis, dan memenuhi kebutuhan pengguna.
Namun, dalam penerapannya, perusahaan Anda mungkin dihadapkan dengan keterbatasan sumber daya manusia atau keahlian untuk menjalankan STLC secara optimal. Oleh karena itu, KAZOKKU menawarkan jasa IT outsourcing profesional untuk Anda.
Kami adalah perusahaan IT Outsourcing di Indonesia yang dapat menyediakan beragam ahli IT dengan berbagai keterampilan termasuk melakukan pengujian perangkat lunak. Kami memiliki Software Quality Assurance outsourcing yang bisa melakukan automation atau manual testing.
Silakan hubungi kami segera untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Kami menyediakan layanan konsultasi GRATIS untuk membantu Anda.